Kelas:1IC07
Npm:20412856
TUGAS ILMU SOSIAL DASAR (tugas 4)
TUGAS 4
PERTENTANGAN
SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
A. Perbedaan
Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar
timbulnya tingkah laku individu. Tingkah laku individu merupakan cara atau alat
dalam memenuhi kepentingannya. Ada 2 jenis kepentingan dalam diri individu
yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan sosial/psikologis.
Perbedaan kepentingan itu antara lain:
1. Kepentingan
individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan
individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan
individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan
individu untuk memperoleh potensi dan posisi.
5. Kepentingan
individu untuk membutuhkan orang lain.
6. Kepentingan
individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.
7. Kepentingan
individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan
individu untuk memperoleh kemerdekaan diri
B. Prasangka
dan Diskriminasi
Prasangka dan diskriminasi dua hal
yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuhan,
perkembangan, dan bahkan integrasi masyarakat. Kerugian prasangka melalui
hubungan pribadi dan akan menjalar bahkan melembaga (turun-temurun). Jadi
prasangka dasarnya pribadi dan dimiliki bersama. Perbedaan terpokok antara
prasangka dan diskriminatif adalah prasangka menunjukkan pada aspek sikap,
sedangkan diskriminatif pada tindakan. Sikap adalah kecenderungan untuk
berespons baik secara positif atau negatif terhadap orang, obyek atau situasi.
Dalam konteks realitas, prasangka
diartikan: “Suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu, yang
terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi. Diskriminatif merupakan tindakan
yang realistis”. Dapat disimpulkan bahwa prasangka itu muncul sebagai akibat
kurangnya pengetahuan, pengertian dan fakta kehidupan, adanya dominasi
kepentingan golongan atau pribadi, dan tidak menyadari atau insyaf akan
kerugian yang bakal terjadi. Tingkat prasangka itu menumbuhkan jarak sosial
tertentu di antara anggota sendiri dengan anggota kelompok luar.
Sebab-sebab terjadinya prasangka:
1. Pendekatan
Historis
Pendekatan ini berdasarkan teori
pertentangan kelas, menyalahkan kelas rendah di mana mereka yang tergolong
kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah
2. Pendekatan
Sosiokultural dan Situasional
a. Mobilitas
sosial: gerak perpindahan dari strata satu ke strata sosial lainnya. Artinya
kelompok orang yang mengalami penurunan status akan terus mencari alasan
mengenai nasib buruknya.
b. Konflik
antara kelompok: prasangka sebagai realitas dari dua kelompok yang bersaing.
c. Stagma
perkantoran: ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda”
yang dilakukan oleh kelompok tertentu.
d. Sosialisasi:
prasangka muncul sebagai hasil dari proses pendidikan, melalui proses
sosialisasi mulai kecil hingga dewasa.
3. Pendekatan
Kepribadian
Teori ini menekankan pada faktor
kepribadian sebagai penyebab prasangka, disebut dengan frustasi agresi. Menurut
teori ini keadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah
laku agresif.
4. Pendekatan
Fenomenologis
Pendekatan ini ditekankan pada
bagian individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya, sehingga
persepsilah yang menyebabkan prasangka.
5. Pendekatan
Naïve
Bahwa prasangka lebih menyoroti
obyek prasangka tidak menyoroti individu yang berprasangka.
Prasangka bisa diartikan sebagai
suatu sikap yang terlampau tergesa-gesa berdasarkan generalisasi yang terlampau
cepat, sifat berat sebelah dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu
menyederhanakan terhadap suatu realita). Sikap berprasangka jelas tidak adil,
sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang di
dengar.
C. Etnhosentrisme
Stereotype
Ethnosentrisme yaitu sikap untuk
menilai unsur-unsur kebudayaan orang lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran
kebudayaan sendiri. Sikap ini dianggap bahwa kebudayaan dirinya lebih unggul
dari kebudayaan lainnya.
Stereotype yaitu gambaran dan ajakan
ejek. Stereotype diartikan sebagai tanggapan mengenai sifat-sifat dan waktu
pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negatif sebagai akibat tidak
lengkapnya informasi dan sifatnya yang subyektif
D. Konflik
dalam Masyarakat
Konflik merupakan suatu tingkah laku
yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya,
misal kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang
paling kecil yaitu individu sampai kepada lingkup yang luas, yakni masyarakat:
1. Pada
taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk pada adanya pertentangan atau
emosi-emosi dan dorongan-dorongan antagonistic di dalam diri seseorang.
2. Pada
taraf kelompok, konflik-konflik ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi
dalam diri individu dari perbedaan-perbedaan anggota kelompok dalam tujuan,
nilai, norma serta minat untuk menjadi anggota kelompok.
3. Pada
taraf masyarakat, konflik bersumber pada perbedaan nilai dan norma kelompok
dengan nilai dan norma kelompok lain.
Tipe konflik ini timbul dari
proses-proses yang tidak rasional dan emosional dari pihak-pihak yang terlibat
di dalamnya. Upaya untuk memecahkan konflik selalu timbul selama berlangsungnya
kehidupan suatu kelompok, namun terdapat perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan
intensitas konflik pada berbagai tahap perkembangan kelompok. Adapun cara-cara
pemecahan konflik sebagai berikut:
1. Elimination:
Pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik.
2. Subjugation
atau Domination: Orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
3. Majority
Rule: Suara terbanyak yang ditentukan dengan voting, akan menentukan keputusan,
tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority
Consent: Kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa
dikalahkan, dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan
bersama.
5. Compromise
(Kompromi): Kedua atau semua sub kelompok yang terlibat di dalam konflik,
berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
6. Integration:
Pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah
kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua
pihak.
Usaha-usaha untuk menghindari
perbedaan-perbedaan dan untuk memendam konflik-konflik, tidak pernah berhasil
dalam waktu yang lama. Kesatupaduan di dalam perbedaan-perbedaan merupakan
suatu nilai yang menghargai perbedaan, yang menggunakan perbedaan-perbedaan
tersebut untuk memperkuat kelompok.
E. Integrasi
Masyarakat dan Nasional
Integrasi masyarakat dapat diartikan
adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu,
keluarga, lembaga-lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan Integrasi
masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di
dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik.
Dalam memahami integrasi masyarakat,
kita juga mengenal integrasi nasional, yaitu organisasi-organisasi formal yang
melalui mana masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang. Untuk
terciptanya integrasi nasional, perlu adanya suatu jiwa, asas spiritual,
solidaritas yang besar. Perlu dicari bentuk-bentuk akomodatif yang dapat
mengurangi konflik sebagai akibat dari prasangka, yaitu melalui 4 sistem:
- Sistem budaya seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.
- Sistem sosial seperti kolektiva-kolektiva sosial dalam segala bidang.
- Sistem kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan, perasaan, pola-pola penilaian yang dianggap pola keindonesiaan.
- Sistem organik jasmaniah, di mana nasion tidak didasarkan atas persamaan ras.
Untuk mengurangi prasangka ke-4
sistem itu harus dibina, dikembangkan dan memperkuatnya sehingga perwujudan
nasion Indonesia tercapai
A. Kesimpulan
Di setiap masyarakat pasti muncul
pertentangan-pertentangan atau permasalahan-permasalahan, di antaranya:
- Perbedaan Kepentingan: ada 2 kepentingan dalam diri individu, yakni kepentingan biologis dan kepentingan sosial/psikologis.
- Prasangka dan Diskriminatif: prasangka yang menunjukkan aspek sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan.
- Ethnosentrisme dan StereotypeEthnosentrisme : kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya.Stereotype : gambaran dan anggapan jelek.
Konflik dalam kelompok: Suatu
tingkah laku yang dibedakan emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya.
Cara pengendalian dari
permasalahan-permasalahan di atas, yaitu melalui integrasi masyarakat dan
nasional, yang mengandung pengertian:
1. Integrasi
Masyarakat : adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat.
2. Integrasi
Nasional : organisasi-organisasi formal melalui mana masyarakat
menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang.
Menurut pendapat saya : Hidup
bermasyarakat yaitu sebuah hubungan antar individu-individu maupun antar
kelompok dan golongan yang terjadi dalam proses kehidupan. Hidup bermasyarakat
juga berarti kehidupan dinamis, dimana setiap anggota masyarakat salaing
berinteraksi. Hubungan antar individu ini pun diikat oleh ikatan yang berupa
norma serta nilai-nilai yang telah dibuat bersama para anggota. Norma dan
nilai-nilai inilah yang menjadi alat pengendali agar para anggota masyarakat
tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu. Solidaritas,
toleransi dan tenggang rasa adalah bukti kuatnya ikatan itu. Sakit salah satu
anggota masyarakat akan dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya. Dari
hubungan seperti itulah lahir keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.
Pada kenyataannya tidak semua masyarakat membentuk sebuah harmonisasi. Pada
kondisi-kondisi tertentu hubungan antara masyarakat diwarnai berbagai
persamaan. Namun sering juga didapati perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan
dalam masyarakat. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan perpecahan dalam
masyarakat. Salah satu contohnya adalah Pertentangan sosial dan integrita
masyarakatpertentang sosial menurut saya adalah suatu konflik yang terjadi didalam suatu lingkungan masyarakat. Dimana ada suatu kelompok yang tidak menyukai kelompok lain, sehingga menimbulkan suatu perselisihan diantara mereka. Banyak sekali pertentangan sosial yang terjadi di Dunia ini. Seperti contohnya perak Irak yang kunjung selesai, dan kalau menusuri indonesia contohnya GAM (Gerakan Aceh Merdeka), PT.freepot yang terjadi di Papua.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pertentangan sosial:
1. Rasa Iri antara individu,negara, dan masyarakat
2. Adanya rasa tidak puas masyarakat terhadap kepemerintahan
3. Banyak adu domba antara politik,agama,suku serta budaya
Integrasi Masyarakat
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial
A. Faktor Internal :
kesadaran diri sebagai makhluk sosial
tuntutan kebutuhan
jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor External :
tuntutan perkembangan zaman
persamaan kebudayaan
terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
persaman visi, misi, dan tujuan
sikap toleransi
adanya kosensus nilai
adanya tantangan dari luar
SUMBER WWW.WIKIPEDIA.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar